Dampak Ekonomi Desa Melalui Pemanfaatan Dana Desa
![]() |
Sumber: Google Image |
Sensus penduduk
terakhir menunjukan bahwa penduduk Indonesia mulai berpindah tempat tinggal dari desa ke
perkotaan. Kemiskinan dan ketertinggalan membuat orang meninggalkan desa, padahal
potensi kemajuan Indonesia ada di desa. Tidak keliru apabila pemerintah ingin
membangun Indonesia dari desa. Dana desa
disiapkan untuk membuat orang tertarik dan bisa mengembangkan desa.
Kita
mempunyai 74.744 desa, tidak ada satu desa yang mempunyai karakter sama, dari
semua desa itu ada satu yang bisa disamakan yaitu 89% hidup masyarakatnya
bercocok tanam. Desa yang maju yaitu desa yang mampu menghasilkan produk
tertenu dengan skala ekonomi yang cukup sehingga terintergrasi sampai pengolaan
sarana. Pendapatanya rata-rata 2 juta tapi memang harus kita akui bahwa masih
banyak desa-desa yang tidak bergantung pada produk unggulan tertentu sehingga
skala ekonominya kecil sehingga tidak bisa dimasukan sarana pasca panen ke desa
tersebut.
Penyaluran
dana desa sejauh ini di pantau cukup lancar namun sejauh ini masih dipergunakan
untuk pembangunan infrastruktur diharapkan agar dapat dipergunakan
untuk pemberdayaan ekonomi seperti pembentukan bumdes. Dengan desa yang skala
ekonominya kecil harus dibuat menjadi desa yang mempunyai produk unggulan
dengan skala ekonomi yang cukup sehingga sarana pasca panen bisa masuk.
Di desa ada
17 kementerian yang terkait maka ego sectoral perlu sekali untuk ditiadakan
sehingga ada sinergis yang terbangun. Pemerintah mempunyai kekurangan dalam
membangun desa terutama sarana pasca panen maka perlu sekali melibatkan seluruh
stakeholders, anak bangsa terutama para pengusaha (swasta) agar desa
terintegrasi sampai sarana pascapanen.
Niat pemerintah sangat baik untuk
membantu desa yang sudah lama tertinggal cuma mari kita perhatikan ciri-ciri
desa yang mana masyarakatnya bekerja untuk sekedar hidup, angka kemiskinan
relative tinggi, pendidikan rendah, jenis pekerjaan ya pertanian, jadi kalau
kita buat planning harus memperhatikan model lapangannya seperti apa. Tahun
2015 sekitar 21 T, 2016 sekitar 47 T, 2017 81 T, 2018 sekitar 104 T totalnya
253 T. Nah, tentunya kita harapkan terpanggil pengusaha daerah untuk membangun
desa one village one product.
14%
kemiskinan di desa makanya harus ada afirmatif action. Tetapi yang
menjadi pertanyaannya adalah bagaimana mengelolanya karena rumitnya mengelola
dana desa. Desa sudah kemasukan unsur yang berbau politik terus-menerus dengan
dana yang begitu besar. Kekuatan politik tertentu yang membentuk LSM dan
sebagainya.
Ada seperti demikian!
Tujuan utama adalah membangun masyarakat desa, membangun
orangnya. Dana desa sebaiknya untuk pendidikan, kesehatan dan insfrastruktur. Untuk
menghindari hal tersebut maka perlu sekali adanya komitmen dari seluruh pihak
terkait di negara ini. Makanya peran media sangatlah penting karena ketika
media banyak memberitakan hal ini maka susah dimanfaatkan untuk kepentingan
pribadi. Untuk dana pendidikan di desa sudah cukup besar dari beberapa
kementerian sekitar 20% dari APBN. Ada KIP, KIS yang bisa masyarakat dapatkan.
Ada missing link mengenai sarana pasca panen. Sarana pasca panen ini yang
mengakibatkan pada saat panen karena tidak cukup mengakibatkan harga menjadi
turun yang dengan skala ekonomi yang cukup maka dunia usaha akan masuk.
Pembentukan
Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Jumlah Bumdes tahun 2015 sekitar 12.115 unit.
Disisi lain untuk mengefisienkan anggaran maka pemerintah melakukan pemangkasan
serta penundaan penyaluran dana alokasi umum 2016 sebesar 19 T untuk 169 pemerintah daerah, pemangkasan
transfer daerah APBN 2016 sekitar 72,9 T.
Melihat
angka ini maka dana desa sama sekali disentuh harusnya bisa dimanfaatkan.
Kita ketahui
bahwa desa bukan hanya memproduksi pertanian seperti di Bali lebih pada budaya,
nah ini yang perlu sekali untuk dipelajari sehingga program yang direncanakan
di desa lebih tepat sasaran.
Kalau mau
menyukseskan dana desa ada 4 faktor yang harus diperhatikan:
1.
Pembangunan kelembagaan pemerintah desa
2. SDM
pemerintahan desa dan masyarakat
3.
Pembangunan fisik infrastruktur desa
4. Kapasitas
ekonomi pedesaan.
Coba kita
lihat Papua, kalau bicara soal duit ya besar sekali sekitar 40 T sejak 2001 cuma untuk 4 juta orang Papua tapi orang Papua sendiri merasa sengsara.
Banyak
sekali tantangan yang dihadapi, dana juga tidak begitu mencukupi maka perlu
sekali terobosan yaitu membangkitkan seluruh optimisme dari stakeholders, kalau
kita berawal dari sikap pesimis maka kita tidak akan pernah mulai. Kalau kita
lihat daerah Transmigrasi dahulu semua orang pasti skeptis tapi sejarah
membuktikan dengan segala bukti bahwa transmigrasi membantu menumbuhkan ekonomi
di luar Jawa.
Sekarang ada 2 Ibukota provinsi asalnya dari daerah transmigran
ada 148 anggota kabupaten/kota asalnya transmigran, 1114 kota mandiri asal
transmigran. Dan itu semua bisa dengan segala keterbatasan tinggal
disempurnakan. Kekuatan lokal, dunia usaha perlu sekali bersinergis.
Apabila desa
bila berproduksi sesuai dengan potensinya dan tentunya bisa dipasarkan otomatis
punya daya beli. Dengan adanya daya beli maka pengusaha pasti mau masuk.
Sekarang adalah bagaimana desa itu membuat kita tertarik untuk kembali pulang
dan membangun desa dalam hal ini kita berbicara mengenai para pengusaha.
Di desa ada
100 juta angkatan kerja lebih kalau 2 juta rata-rata income mereka maka ada
sekitar 200 M uang yang beredar setiap bulan di desa. Akan ada banyak pabrik,
impor dan sebagainya. Desa yang sukses sudah banyak dan sudah terintegrasi,
walaupun ada missing linknya.
Persoalan
pasti banyak tapi optimisme akan membuat kita kerja terus.
Sumber: - Kemendes
- Metrotv Program Economic Challenge
Komentar
Posting Komentar